REPUBLIKA.CO.ID, Mengendarai sepeda mungkin olahraga yang bagus, tapi
seorang dokter di Boston mengatakan, pada pria kegiatan ini bisa memicu
bencana: membikin impoten atau, paling tidak, susah orgasme dan buang
air kecil. Pada wanita, kata dokter itu, Dr Irwin Goldstein, bersepeda
bisa mengakibatkan hal yang sama, kecuali impoten.
Dalam sebuah penelitian yang melibatkan 500 partisipan yang kesemuanya menyukai olah raga bersepeda, periset Boston University School of Medicine itu menemukan, sekitar empat persen pengendara yang bersepeda secara teratur menjadi impoten. Angka ini kecil, katanya, tapi sangat berarti jika dibandingkan kasus sejenis pada mereka yang menyukai kegiatan bersepeda tapi tak melakukannya dengan teratur. ''Hanya satu persen dari kelompok terakhir ini yang menderita impotensi.''
Kemungkinan mengalami impoten lebih besar lagi pada laki-laki yang mengendarai sepeda lebih dari 10 jam dalam sepekan. ''Mereka hampir pasti akan mengalami impotensi. Mereka juga akan lebih sulit mengalami orgasme dan buang air kecil, dan untuk yang terakhir ini berlaku pula pada wanita yang menyukai sepeda.'' Sumber masalahnya, papar Goldstein, adalah sadel (tempat duduk) pada sepeda. Pada hampir kebanyakan sepeda, bentuk sepeda -- yang membuat pengendara duduk sambil condong ke depan -- membuat arteri yang mengalirkan darah ke alat kelamin tertekan hebat. ''Ketika Anda duduk di sadel, Anda menumpukkan seluruh berat tubuh pada arteri itu,'' tegasnya. Ketika itu, lanjut Goldstein, pasokan darah pun berkurang. ''Pada mereka yang secara rutin mengendarai sepeda, tekanan itu dapat mengakibatkan arteri cedera secara permanen yang berarti tak ada darah dan -- kemudian -- tak ada ereksi.''
Ini, tentu saja, temuan yang menarik. Menurut Goldstein yang telah memaparkan hasil penelitiannya pekan lalu dalam salah satu pertemuan ahli urologis lebih jauh mengatakan, tanpa perlu melihat jumlah kasus yang hanya empat persen, para pengendara sepeda harus peduli dengan ini. ''Bagaimana pun tak masuk akal jika Anda secara teratur menekan organ tubuh itu, dan menekan arterinya yang mengalirkan darah,'' ujarnya. ''Tak ada logika apapun yang membuat perlakuan ini baik untuk dikerjakan.'' Tapi, itu kata sanga dokter. Kata industri sepeda lain lagi. Apa yang dikatakan Fred Clements, misalnya. Lelaki yang juga suka bersepeda itu mengatakan, dia tak pernah mengalami masalah impotensi karena kegiatan bersepeda. Dia juga tak pernah mendengar keluhan itu dari para pemakai sepeda. Jadi?
''Perlu kita sadari, melakukan latihan bersepeda 30 menit sehari pada umumnya tak akan menyebabkan cedera (impotensi),'' kata urologis Dr Jenelle Foote. ''Partisipan dalam peneliti ini adalah mereka yang telah lama dan terus-menerus bersepeda,'' paparnya.
Sayang, Foote tak mengatakan jangka waktu yang membuat seseorang dapat dikatakan telah lama bersepeda. Tapi mengingat kekuatan dan daya lentur organ/arteri tiap orang berbeda-beda, yang terbaik agaknya seperti yang diusulkan Goldstein. ''Jalan keluar yang terbaik adalah merubah desain sadel sepeda sehingga pengendara tak banyak menekan semua arteri vitalnya,'' ujarnya.
http://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/info-sehat/12/12/09/mer4vo-sst-bersepeda-bisa-bikin-impoten-benar-nggak-ya
Dalam sebuah penelitian yang melibatkan 500 partisipan yang kesemuanya menyukai olah raga bersepeda, periset Boston University School of Medicine itu menemukan, sekitar empat persen pengendara yang bersepeda secara teratur menjadi impoten. Angka ini kecil, katanya, tapi sangat berarti jika dibandingkan kasus sejenis pada mereka yang menyukai kegiatan bersepeda tapi tak melakukannya dengan teratur. ''Hanya satu persen dari kelompok terakhir ini yang menderita impotensi.''
Kemungkinan mengalami impoten lebih besar lagi pada laki-laki yang mengendarai sepeda lebih dari 10 jam dalam sepekan. ''Mereka hampir pasti akan mengalami impotensi. Mereka juga akan lebih sulit mengalami orgasme dan buang air kecil, dan untuk yang terakhir ini berlaku pula pada wanita yang menyukai sepeda.'' Sumber masalahnya, papar Goldstein, adalah sadel (tempat duduk) pada sepeda. Pada hampir kebanyakan sepeda, bentuk sepeda -- yang membuat pengendara duduk sambil condong ke depan -- membuat arteri yang mengalirkan darah ke alat kelamin tertekan hebat. ''Ketika Anda duduk di sadel, Anda menumpukkan seluruh berat tubuh pada arteri itu,'' tegasnya. Ketika itu, lanjut Goldstein, pasokan darah pun berkurang. ''Pada mereka yang secara rutin mengendarai sepeda, tekanan itu dapat mengakibatkan arteri cedera secara permanen yang berarti tak ada darah dan -- kemudian -- tak ada ereksi.''
Ini, tentu saja, temuan yang menarik. Menurut Goldstein yang telah memaparkan hasil penelitiannya pekan lalu dalam salah satu pertemuan ahli urologis lebih jauh mengatakan, tanpa perlu melihat jumlah kasus yang hanya empat persen, para pengendara sepeda harus peduli dengan ini. ''Bagaimana pun tak masuk akal jika Anda secara teratur menekan organ tubuh itu, dan menekan arterinya yang mengalirkan darah,'' ujarnya. ''Tak ada logika apapun yang membuat perlakuan ini baik untuk dikerjakan.'' Tapi, itu kata sanga dokter. Kata industri sepeda lain lagi. Apa yang dikatakan Fred Clements, misalnya. Lelaki yang juga suka bersepeda itu mengatakan, dia tak pernah mengalami masalah impotensi karena kegiatan bersepeda. Dia juga tak pernah mendengar keluhan itu dari para pemakai sepeda. Jadi?
''Perlu kita sadari, melakukan latihan bersepeda 30 menit sehari pada umumnya tak akan menyebabkan cedera (impotensi),'' kata urologis Dr Jenelle Foote. ''Partisipan dalam peneliti ini adalah mereka yang telah lama dan terus-menerus bersepeda,'' paparnya.
Sayang, Foote tak mengatakan jangka waktu yang membuat seseorang dapat dikatakan telah lama bersepeda. Tapi mengingat kekuatan dan daya lentur organ/arteri tiap orang berbeda-beda, yang terbaik agaknya seperti yang diusulkan Goldstein. ''Jalan keluar yang terbaik adalah merubah desain sadel sepeda sehingga pengendara tak banyak menekan semua arteri vitalnya,'' ujarnya.
http://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/info-sehat/12/12/09/mer4vo-sst-bersepeda-bisa-bikin-impoten-benar-nggak-ya